
TIRTAYATRA PURA ADHITYA JAYA (Jakarta), PURA PARAHYANGAN AGUNG JAGATKARTTA (Bogor, Gunung Salak)
HARGA PAKET | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah Peserta | Min 02 Orang | 03 - 06 Orang | 07 - 10 Orang | 11 - 17 Orang | 18 - 30 Orang | 31 - 40 Orang |
Hotel Bintang 2 | Rp……. | Rp……. | Rp……. | Rp……. | Rp……. | Rp……. |
Hotel Bintang 3 | Rp……. | Rp……. | Rp……. | Rp……. | Rp……. | Rp……. |
Hotel Bintang 4 | Rp……. | Rp……. | Rp……. | Rp……. | Rp……. | Rp……. |
Paket Mekemit | Rp. 1.374.000 | Rp. 1.080.500 | Rp. 786.500 | Rp……. | Rp……. | Rp……. |
Penjelasan Harga :
Penjelasan tentang Pura yang dikunjungi :
Pura Parahyangan Agung Jagatkartta Taman Sari Gunung Salak, Pura terbesar secara fisik dan konsep berada di bumi suci, Parahyangan (Para Hyangan), Bogor. Di sinilah tempat petilasan Prabu Siliwangi -- raja paling masyhur dan paling dipuja. Di lereng Gunung Salak sebagai simbol Maha Meru, tempat bersemayam para dewa. Atas anugerah Gusti Hyang Widhi (sebutan Tuhan bagi orang Sunda) dan atas restu leluhur Sunda, cikal-bakal Pura Parahyangan Agung Jagatkartta didirikan pada 1995. Persisnya bertempat di Desa Taman Sari, Siopus, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor.
Pada 1981, di tempat itu dikenal sebagai tempat Batu Menyan. Batu yang mengeluarkan asap dupa setiap hari. Di batu itu pula, acap kali masyarakat melihat cahaya putih, sinar terang, dari langit turun ke batu. Juga rumput-rumput yang bersinar terang.
Tahun 1995, diawali dengan membangun sebuah candi disatu titik yang diyakini sebagai bukti petilasan Prabu Siliwangi , raja termasyur dan sangat dipuja , sebagai simbol penghormatan kepada leluhur tanah Sunda. Prabu Siliwangi dengan sesantinya, " Tata Tentrem Kertha Raharja", telah membawa jaman keemasan bagi Jaman Pajajaran , kerajaan Hindu terakhir di Tanah Parahyangan. Kehidupan masyrakat dijalankan berdasarkan penghormatan kepada ajaran leluhur, Sang Hyang Dharma dan Sang Hyang Siksa". Masa jaya ini berlangsung selama pemerintahan beliau tahun 1482 - 1521, dan dilanjutkan putranya Raja Surawisesa, tahun 1521 - 1535. Semua ini Semua ini tertera pada prasasti batu bertulis di jalan Batu-tulis, Bogor, yang dibuat pada tahun Caka 1455 atau 1533 . Selama proses pembangunannya, untuk sementara pura ini disebut Penataran Agung Gunung Salak.
Hingga tahun 2005, atas partisipasi umat perorangan maupun institusi / lembaga, panitia berhasil menyelesaikan seluruh palingging di Utamaning Utama dan Utama Mandala berupa Padmasana, Candi, Angerurah Agung, Dua buah Bale Pepelik, Bale Pasamuan Agung, Pengayengan Dalem Peed, Bale Paselang, Pawedan, Reringgitan, Panjang dan Panggungan. Demikian juga Palinggih Betari Melanting / Pasar Agung dpandang perlu dibangun untuk , " nedunang Ida," selama pelaksanaan upacara," ngenteg linggih.". Di Madia dan Kanista Mandala dibuat berbagai bangunan semi permanen untuk mendukung yadnya maupun operasional pura selanjutnya.
Program Perjalanan :
Tiba di Jakarta perjalanan Tirtayatra diawali dengan menuju Pura Adhitya Jaya – Rawamangun. Adalah Pura Pertama yang dibangun di Jakarta yang dimana proses berdirinya Pura Adhitya Jaya Rawamangun, tidak dapat dilepas kan dari sejarah perjuangan hidup umat Hindu di DKI Jakarta. Setelah Makan Siang, perjalanan dilanjutkan kembali menuju Gunung Salak - Bandung. Tiba Di Gunung Salak, melakukan persembahyangan di Pura Parahyangan Agung Jagatkartta Taman Sari Gunung Salak.
Pura terbesar secara fisik dan konsep, berada di bumi suci Parahyangan (ParaHyangan)Bogor. Di sinilah tempat petilasan Prabu Siliwangi – raja paling mahsyur dan paling dipuja. Di lereng Gunung Salak Sebagai simbol Maha Meru, tempat bersemayam para dewa. Makan Malam dan Acara Bebas
Makan Pagi di areal Pura, kemudian persiapan untuk kembali ke Jakarta. Singgah untuk berkunjung Di daerah Bogor dan sekitarnya kemudian Makan Siang. sebelum Keberangkatan kembali ke Bali.
Harga Termasuk :
Harga Tidak Termasuk :
Tips Perjalanan untuk Anda :